Selasa, 14 Oktober 2008

Presidium Legio Maria Khusus Muda-Mudi di Paroki Kristus Raja, Surabaya


Presidium ”Ratu Surga”
Jadwal: setiap Jumat, pk. 19.00-20.30 WIB
Tempat: Ruang Pertemuan Gedung Kristus Raja
Gereja Katolik Kristus Raja
Jl. Residen Sudirman 3-5, Surabaya
Contact Persons:
Vinensia K. : 031-6029 9567
Johanes L.T. : 081-830 1573 / 031-7080 2379

Presidium ”Ratu Penghibur Orang Berdukacita”
Jadwal: setiap Minggu, pk. 16.30-18.00 WIB
Tempat: Ruang Pertemuan Gedung Kristus Raja
Gereja Katolik Kristus Raja
Jl. Residen Sudirman 3-5, Surabaya
Contact Persons:
Yudista : 031-6060 9966
Hadi : 081-3302 08111

Presidium ”Menara Gading”
Jadwal: setiap Minggu, pk. 09.00-10.30 WIB
Tempat: SMPK. St. Agnes
Jl. Mendut 7, Surabaya
Contact Persons:
Roy : 081-80383 0950 / 031-6024 5351
Sherly: 031-7089 1981
Website: www.menaragading.com

15 Janji Bunda Maria Bagi Mereka yang Setia Berdoa Rosario


1. Menerima rahmat-rahmat yang berdaya guna.
2. Aku menjanjikan perlindungan istimewa dan rahmat-rahmat terbaik.
3. Memiliki perisai ampuh melawan neraka. Rosario melenyapkan sifat-sifat buruk, mengurangi dosa dan menaklukan kesesatan.
4. Tumbuhnya keutamaan-keutamaan dan menghasilkan buah dari perbuatan-perbuatan baik. Rosario akan memperolehkan bagi jiwa belas kasihan melimpah dari Allah, akan menarik jiwa dari cinta akan dunia dan segala kesia-siaannya, serta mengangkatnya untuk mendambakan hal-hal abadi.
5. Jiwa yang tidak akan binasa.
6. Tidak akan dikuasai kemalangan. Tuhan tidak akan menghukumnya dalam keadilan-Nya, ia tidak akan meninggal dunia tanpa persiapan; jika ia tulus hati, ia akan tinggal dalam keadaan rahmat dan layak bagi kehidupan kekal.
7. Tidak akan meninggal dunia tanpa menerima sakramen-sakramen gereja.
8. Menerima Terang Ilahi dan rahmat Tuhan yang berlimpah; pada saat ajal, mereka akan menikmati ganjaran para kudus di surga.
9. Membebaskan mereka dari api penyucian.
10. Diganjari tingkat kemuliaan yang tinggi di surga.
11. Mendapatkan segala yang kalian minta.
12. Aku akan menolong mereka yang menganjurkan Rosario Suci dalam segala kebutuhan mereka.
13. Aku mendapatkan janji dari Putra Ilahi-Ku bahwa segenap penganjur Rosario akan mendapatkan perhatian surgawi secara khusus sepanjang hidup mereka dan pada saat ajal.
14. Mereka semua yang mendaraskan Rosario adalah anak-anakku, saudara dan saudari Putra tunggalku, Yesus Kristus.
15. Devosi kepada Rosario-ku merupakan tanda keselamatan yang luhur.

Kamis, 09 Oktober 2008

Asal-Usul Rosario

Asal-usul rosario agak “kabur”. Penggunaan “manik-manik” dan pendarasan doa yang diulang-ulang untuk membantu orang dalam meditasi berasal dari masa-masa awal Gereja dan telah ada bahkan pada masa-masa sebelum kekristenan. Didapati bukti-bukti dari Abad Pertengahan bahwa untaian manik-manik dipergunakan untuk membantu orang menghitung jumlah Bapa Kami atau Salam Maria yang didaraskan. Sesungguhnya, untaian manik-manik ini kemudian dikenal sebagai “Paternosters,” bahasa Latin untuk “Bapa kami”. Sebagai contoh, pada abad ke-12, guna membantu agar mereka yang kurang terpelajar dapat berpartisipasi lebih baik dalam liturgi, pendarasan 150 Bapa Kami dipakai untuk menggantikan 150 Mazmur, dan dikenal sebagai “brevir orang-orang sederhana”.

Struktur rosario perlahan-lahan berkembang antara abad ke-12 dan abad ke-15. Pada akhirnya 50 Salam Maria (atau lebih) didaraskan dan dihubungkan dengan ayat-ayat Mazmur atau ayat-ayat lain mengenangkan “sukacita Maria” dalam hidup Yesus dan Maria. Dominikus dari Prussia, seorang biarawan Carthusian, pada tahun 1409 mempopulerkan praktek mempertalikan 50 ayat mengenai hidup Yesus dan Maria dengan 50 Salam Maria. Pada masa ini, bentuk doa ini dikenal sebagai rosarium (“kebun mawar”), sesungguhnya suatu istilah umum, yang berarti bunga rampai, yang dipergunakan untuk menyebut suatu kumpulan bahan yang serupa, misalnya suatu bunga rampai kisah-kisah dengan subyek atau tema yang sama. Pada akhirnya, ditambahkan juga “dukacita Maria” dan “sukacita surgawi”, sehingga jumlah Salam Maria menjadi 150. Dan akhirnya, ke-150 Salam Maria digabungkan dengan ke-150 Bapa Kami; satu Salam Maria sesudah satu Bapa Kami.

Pada awal abad ke-15, Henry Kalkar (wafat 1408), seorang biarawan Carthusian lainnya, membagi ke-150 Salam Maria ke dalam kelompok-kelompok; satu kelompok berisi 10 Salam Maria dengan diawali satu Bapa Kami. Pada abad ke-16, struktur lima misteri rosario didasarkan pada tiga rangkaian peristiwa - Peristiwa GEMBIRA (1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel; 2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya; 3. Yesus dilahirkan di Betlehem; 4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah; 5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah), Peristiwa SEDIH (1. Yesus berdoa kepada BapaNya di surga dalam sakrat maut; 2. Yesus didera; 3. Yesus dimahkotai duri; 4. Yesus memanggul salib-Nya; 5. Yesus wafat disalib) dan Peristiwa MULIA (1. Yesus bangkit dari kematian; 2. Yesus naik ke surga; 3. Roh Kudus turun atas para Rasul; 4. Maria diangkat ke surga; 5. Maria dimahkotai di surga). Pada tahun 2002, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II menetapkan peristiwa CAHAYA (1. Yesus dibaptis di Sungai Yordan; 2. Yesus menyatakan DiriNya dalam perjamuan nikah di Kana; 3. Yesus mewartakan Kerajaan Allah serta menyerukan pertobatan; 4. Yesus dipermuliakan; 5. Yesus menetapkan Ekaristi). Juga, setelah penampakan Bunda Maria di Fatima pada tahun 1917, doa yang diajarkan Bunda Maria kepada anak-anak secara umum ditambahkan pada akhir setiap misteri, “Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka. Hantarlah jiwa-jiwa ke surga, teristimewa jiwa-jiwa yang amat membutuhkan kerahiman-Mu.”

Menurut tradisi, St Dominikus (wafat 1221) menyusun rosario seperti yang kita kenal sekarang. Tergerak oleh suatu penampakan Bunda Maria, ia mewartakan penggunaan rosario dalam karya misionarisnya di antara kaum Albigensia, suatu kelompok bidaah yang fanatik. Albigensia berasal dari nama kota Albi di Perancis selatan di mana mereka tinggal; mereka percaya bahwa semua yang jasmaniah adalah jahat dan semua yang rohaniah adalah baik. Karenanya, mereka menyangkal inkarnasi Tuhan kita; bagi mereka, Yesus, sungguh Allah yang menjadi sungguh manusia dan mengenakan kodrat manusiawi kita, sungguh tidak masuk akal. Menurut ajaran Albigensia, jiwa orang dianggap terbelenggu dalam tubuh yang jahat. Sebab itu, mereka berpantang kasih perkawinan dan prokreasi, sebab dianggap jahat membelenggu suatu jiwa lain dalam suatu raga. Tindakan religius mereka yang paling “luhur” disebut “endura,” suatu tindakan bunuh diri yang membebaskan jiwa dari raga. Mereka juga menentang otoritas manapun yang mewakili suatu kerajaan dunia ini, sebab itu mereka membantai para pejabat kerajaan dan para pejabat Gereja. Gereja mengutuk bidaah ini, dan St Dominikus berusaha mempertobatkan mereka melalui khotbah-khotbah yang logis dan kasih Kristiani sejati. Sayangnya, otoritas kerajaan tidak cukup berbelaskasih. (Sekedar tambahan, suatu siaran traveling menyiarkan di televisi suatu program traveling di Perancis selatan, dan mengunjungi kota Albi, mengatakan bahwa orang-orang di sana “dianiaya oleh Gereja”; narator program tersebut tidak menyebutkan bahwa orang-orang ini adalah bidaah bunuh diri yang ajarannya membahayakan jiwa-jiwa umat beriman.) Namun demikian, St Dominikus mempergunakan rosario sebagai suatu sarana ampuh untuk mempertobatkan kaum Albigensia.

Sebagian ilmuwan mengesampingkan peran aktual St Dominikus dalam terbentuknya rosario sebab kisah-kisah riwayat hidupnya yang ditulis lebih awal tidak menyebutkan hal itu, konstitusi Dominikan tidak menghubungkannya dengan hal tersebut, dan pelukis-pelukis pada masa St Dominikus tidak memasukkan rosario sebagai lambang yang menjadi ciri khas St Dominikus. Pada tahun 1922, Dom Louis Gougaud menyatakan, “Berbagai unsur yang ada dalam komposisi devosi Katolik yang umum disebut rosario merupakan hasil dari suatu perkembangan yang panjang dan perlahan yang dimulai sebelum masa St Dominikus, dan yang terus berlanjut tanpa ia ikut ambil bagian di dalamnya, dan yang akhirnya mendapati bentuk akhirnya beberapa abad setelah kematiannya.” Namun demikian, sebagian ilmuwan lain menyanggah pendapat bahwa St Dominikus tidak begitu terlibat dalam “menciptakan” rosario, sebab ia mewartakan penggunaannya untuk mempertobatkan para pendosa dan mereka yang telah menyimpang dari iman. Di samping itu, sekurangnya ada selusin paus yang menyebutkan hubungan antara St Dominikus dengan rosario dalam berbagai pernyataan kepausan, mendukung perannya setidak-tidaknya sebagai seorang “beriman yang saleh”. Dari antaranya, yang pertama-tama dinyatakan oleh Paus Alexander VI pada tahun 1495.

Rosario menjadi semakin populer pada tahun 1500-an, teristimewa melalui upaya Paus St Pius V. Pada waktu itu, kaum Muslim Turki menyerang Eropa Timur. Pada tahun 1453 Konstantinopel telah jatuh ke tangan Muslim, sementara Balkan dan Hungaria nyaris ditaklukkan. Pada tahun 1521 kaum Muslim berhasil menaklukkan Belgrade, Hungaria, dan pada tahun 1526 mereka telah berada di perbatasan Vienna, Austria. Dengan kaum Muslim menyerbu bahkan pesisir Italia, maka penguasaan atas Mediterania sekarang di ujung tanduk.

Pada bulan Februari 1570, utusan Turki menyampaikan ultimatum kepada Republik Venisia: menyerahkan kepulauan Siprus secara damai atau menghadapi perang. Venisia menolak, dan setelah berperang selama sebelas bulan, Siprus takluk pada kekuasaan Muslim pada tanggal 1 Agustus 1571. Syarat-syarat penyerahan diri ditetapkan demi keselamatan pasukan Kristen yang kalah. Tetapi, begitu komandan Muslim mengambil alih kuasa kota, ia memerintahkan agar komandan Kristen, Marcantonio Bragadin, dikuliti hidup-hidup. Tubuhnya kemudian dibelah menjadi empat, dan sayatan kulitnya diisi jerami dan seragamnya dikenakan padanya, lalu diseret sepanjang kota. Sekarang kaum Kristen tahu benar musuh macam apa yang tengah mereka hadapi.

Pada tahun 1571, Paus St Pius V mengorganisir suatu armada di bawah komando Don Juan dari Austria, sanak Raja Philip II dari Spanyol. Bala tentara dari Spanyol, Venisia, Roma, Savoy, Genoa, Lucca, Tuscany, Manova, Parma, Urbino, dan Ferrara, juga Malta membentuk suatu aliansi melawan Turki. (Menariknya, Perancis yang Katolik menolak bersatu dan bahkan mendanai pasukan Muslim Turki demi melemahkan musuh bebuyutan mereka, Jerman-Austria). Sementara persiapan dilakukan, Bapa Suci meminta segenap umat beriman untuk mendaraskan rosario dan memohon bantuan doa Bunda Maria di bawah gelar “Bunda Kemenangan,” memohon Tuhan menganugerahkan kemenangan kepada umat Kristiani.

Meski armada Muslim jauh melampaui armada Kristiani, baik dalam jumlah kapal-kapal perang maupun pasukan, kedua armada siap bertempur. Kapal pemimpin Kristen mengibarkan bendera biru dengan lukisan Kristus Tersalib, sementara bendera Muslim mencantumkan ayat-ayat dari Al Quran menyerukan jihad dan membasmi “orang-orang kafir”. Pada hari Minggu, 7 Oktober 1571, pukul 11 pagi, Pertempuran di Lepanto dimulai, dan dalam tempo lima jam, kaum Muslim dikalahkan. Siang itu, sementara Paus St Pius V tengah berada dalam suatu rapat, sekonyong-konyong beliau berdiri, menuju jendela, menatap ke luar ke arah pertempuran berlangsung bermil-mil jauhnya, dan mengatakan, “Marilah kita berhenti menyibukkan diri dengan masalah-masalah ini dan marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan. Armada Kristen telah meraih kemenangan.”

Tahun berikutnya, Paus St Pius V sebagai ungkapan syukur menetapkan Pesta Rosario Suci pada tanggal 7 Oktober di mana umat beriman tidak hanya mengenangkan kemenangan ini, melainkan juga terus menyampaikan syukur kepada Tuhan atas segala rahmat-Nya dan mengenangkan kuasa perantaraan Bunda Maria kita. Bapa Suci juga secara resmi menganugerahkan gelar, “Auxilium Christianorum” atau “Pertolongan Orang-orang Kristen” pada Bunda Maria. Mejelis Tinggi Venesia juga mencantumkan pada sebilah papan dalam ruang pertemuan mereka, “Non virtus, non arma, non duces, sed Maria Rosari, victores nos fecit,” yang artinya, “Bukan kegagahan, bukan senjata, bukan pemimpin, melainkan Maria dari Rosario yang membuat kita menang.”

Mengenangkan tindakan Paus Pius V, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, dalam sebuah amanat Angelus yang disampaikan pada bulan Oktober 1983 mengatakan, “Rosario juga mengambil perspektif baru dan dibebani dengan intensi-intensi yang terlebih dahsyat dan terlebih banyak dari masa lalu. Sekarang bukan masalah memohon kemenangan besar, seperti di Lepanto dan di Vienna, melainkan memohon Maria untuk menyediakan bagi kita pejuang-pejuang yang gagah berani melawan roh kejahatan dan kesesatan, dengan senjata-senjata Injil, yakni Salib dan Sabda Allah. Doa Rosario adalah doa manusia untuk manusia. Rosario adalah doa solidaritas kemanusian, doa bersama orang-orang yang ditebus, dengan merefleksikan roh dan intensi dari dia yang pertama-tama ditebus, yakni Maria, Bunda dan Citra Gereja. Rosario adalah doa bagi segenap manusia di dunia dan dari sepanjang sejarah, yang hidup dan yang mati, yang dipanggil untuk menjadi Tubuh Kristus bersama kita dan bersama-sama kita menjadi ahli waris bersama dengan Dia dalam kemuliaan Bapa.”

Di masa-masa belakangan ini, rosario telah dijunjung tinggi dan dianjurkan sebagai suatu sarana yang efektif bagi pertumbuhan rohani. Banyak para kudus mendorong didaraskannya rosario, termasuk St Petrus Kanisius, St Filipus Neri dan St Louis de Montfort. Paus Leo XIII, yang kerap disebut “Paus Rosario”, berupaya memelihara tradisi doa ini, yang ditegaskannya sebagai suatu senjata rohani yang ampuh melawan kejahatan (Supremi Apostolatus Officio, 1884). Paus Pius XI pada tahun 1938 memberikan indulgensi penuh kepada barangsiapa yang mendaraskan rosario di depan Sakramen Mahakudus. Paus Beato Yohanes XXIII dan Paus Paulus VI keduanya juga dikenal sebagai penganjur rosario yang gigih. Buku Pedoman Indulgensi (1969), yang mendapatkan persetujuan Paus Paulus VI, memberikan indulgensi penuh “jika rosario didaraskan di sebuah gereja atau suatu tempat doa umum, atau dalam suatu kelompok keluarga, suatu komunitas religius atau perkumpulan saleh….” (No. 48).

Yang paling akhir, untuk menandai diawalinya 25 tahun masa pontifikatnya, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae, dimana beliau menetapkan Peristiwa Cahaya dan lagi, mendorong umat beriman untuk menggunakan rosario untuk “bersama Maria, merenungkan wajah Kristus.” Dengan mengesampingkan adanya gagasan bahwa rosario mengalihkan perhatian orang dari liturgi atau gagasan bahwa rosario merupakan penghalang bagi ekumene, Bapa Suci menegaskan, “Alasan paling kuat untuk mendesakkan pelaksanaan doa rosario adalah karena doa rosario merupakan sarana yang paling efektif untuk mengembangkan di kalangan kaum beriman komitmen untuk berkontemplasi pada misteri Kristiani; ini sudah saya usulkan dalam Surat Apostolik Novo Millennio Ineunte sebagai `latihan kekudusan' yang sejati. `Kita memerlukan kehidupan Kristiani yang menonjol dalam seni berdoa.'” (No 5).

Sebab itu, rosario meupakan bagian dari sejarah rohani Gereja yang patut dijunjung tinggi. Rosario memampukan umat beriman untuk berpartisipasi dalam sejarah keselamatan yang hidup, mempersatukan kita secara lebih akrab dengan Juruselamat dan BundaNya yang Tesuci, dan dengan segenap Gereja. Rosario perlu menjadi bagian dari sejarah tiap-tiap individu dan tiap-tiap keluarga, sebab melalui doa rosario ikatan kasih diperteguh.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Selasa, 07 Oktober 2008

Santa Maria dari Kazan - Russia


Di antara rakyat Russia, ikon Santa Maria dari Kazan adalah salah satu yang paling populer di dihormati dari antara gambar-gambar Bunda Maria. Menurut pendapat ahli, ikon itu berasal dari abad ke-13 dan dilukis diatas selembar kayu dengan gaya Bizantium Yunani yang umum. Ikon itu menggambarkan kepala dan bahu Santa Perawan Maria bersama dengan Kanak-kanak Yesus yang berdiri di atas lututnya. Meskipun permukaan karya ini nyaris seluruhnya tertutup oleh lapisan emas, gambar dibawah lapisan emas itu dilukis seluruhnya dengan pigmen dan analisa dengan sinar-X menunjukkan bahwa ikon itu dalam keadaan sempurna. Wajah Santa Maria dan Kanak-kanak Yesus dapat terlihat, demikian juga tangan kanan Sang Putera. Lempengan emasnya berasal dari abad ke-17 dan ditaburi dengan lebih dari 1000 batu permata, emerald, rubi, safir, dan mutiara. Meskipun sebagian besar batu-batu permata itu sudah menjadi bagian dari ikon itu sejak berabad-abad, beberapa batu permata yang disumbangkan orang-orang baru ditambahkan pada tahun-tahun belakangan ini.

Menurut dugaan, ikon tersebut dilukis di Konstantinopel. Para sejarawan percaya bahwa ikon tersebut dibawa ke Russia lewat Laut Hitam dan Sungai Don dan lalu ke kota Kazan, dimana ikon tersebut ditahtakan di sebuah biara.

Ikon tersebut hilang pada tahun 1209 ketika orang-orang Tartar memporak-porandakan kota Kazan dan menghancurkan biara serta membunuh segenap penghuninya. Lebih dari 350 tahun kemudian ikon tersebut ditemukan kembali, pada tahun 1579, ketika kota itu sedang dibangun kembali setelah terjadi bencana kebakaran.

Seorang anak kecil menemukan ikon tersebut diantara puing-puing rumahnya yang sedang diperbaiki oleh ayahnya. Matrona, anak yang berusia 9 tahun itu mengatakan bahwa seorang "wanita yang mulia" menunjukkan tempat dimana dia harus menggali untuk menemukan sebuah ikon. Dua kali penampakan sang wanita diabaikan oleh orang tua dan para tetangga, tetapi ketika penglihatan ketiga terjadi mereka dengan segera menggali di puing-puing. Matrona-lah yang menemukan ikon tersebut, yang dibungkus dengan kain tua. Meskipun telah terkubur selama tiga abad, ikon tersebut tidak rusak.

Berita tentang penemuan yang mukjijat itu tersebut tersebar luas ke seluruh kota dan membuat ribuan orang berduyun-duyun datang ke tempat penampakan Bunda Maria. Ikon tersebut lalu dibawa oleh Uskup Agung dalam suatu perarakan ke gereja St.Nikolas di dekat situ. Nantinya ikon itu ditahtakan di Katedral Anunsiasi di Kazan. Selanjutnya, ketika salinan ikon tersebut dibuat dan dikirim ke Czar Ivan Agung, dia memerintahkan supaya ikon aslinya ditahtakan di kapel biara yang dia ingin bangun di tempat dimana ikon tersebut ditemukan kembali. Di biara inilah bertahun-tahun sesudahnya Matrona bersama ibunya menjadi anggotanya dan mengucapkan kaul biarawati.

Ketika Russia dikepung dari luar dan dalam oleh musuh-musuhnya dan beberapa pihak mengklaim tahta kekaisaran Russia, Uskup Germogen memanggil para patriot Russia untuk menempur pemimpin-pemimpin palsu dan menahan serangan asing, dengan meyakinkan mereka bahwa mereka akan didukung dan dilindungi oleh Bunda Allah. Dia sendiri ditawan oleh pasukan Polandia di tahun 1612 dan menderita wafat sebagai martir karena kelaparan. Rakyat Russia kemudian berdiri di belakang Uskup Yunani, Arsenius, yang sedang mengunjungi Russia pada waktu itu. Dalam suatu penglihatan, St.Serge, pendiri Biara Trinitas Mahakudus di Zagorsk, menampakan dirinya kepada sang uskup dan meyakinkan dia akan kemenangan dibawah perlindungan Santa maria. Mendengar hal ini, orang-orang Russia membawa ikon tersebut sebagai panji kemenangan dan menyerang dinding-dinding Kremlin dan membebaskan Moskow pada tanggal 27 November 1612. Pasukan Russia mengelu-elukan Santa Maria dari Kazan sebagai pembebas Russia. Untuk mengenang kemenangan ini, Gereja menyatakan tanggal 22 Oktober sebagai hari raya.

Ikon itu kembali diangkat sebagai panji kemenangan oleh Czar Petrus Agung dalam pertempurannya melawan pasukan Charles XII dari Swedia pada tahun 1790.

Ikon tersebut beberapa kali dipindah-pindah ke berbagai tempat terhormat dan setiap tempat agaknya berusaha untuk menghujani ikon itu dengan kehormatan dan rasa khidmat. Di Lapangan Merah yang terkenal di Moskow, Pangeran Pozharsky, panglima pasukan milisi rakyat, membangun sebuah basilika yang didedikasikan kepada Bunda dari Kazan. Ikon itu dipindahkan ke sana, tetapi ketika ibukota dipindah dari Moskow ke St.Petersburg, Czar Petrus membangun kuil yang khusus bagi ikon itu dan memindahkannya ke tempat kehormatan yang baru.

Setelah kekalahan Napoleon yang dianggap sebagai hasil perlindungan Santa Maria, Basilika Kazan dibangun untuk merumahkan ikon tersebut. Basilika itu dikonsekrasikan sewaktu pemerintahan Alexander II. Sang czar memberikan semua rampasan perang dan bendera-bendera perang dari invasi Napoleon kepada kuil itu sebagai perlambang kemenangan Santa Maria. Ikon itu tetap berada disana samapi Revolusi Russia tahun 1917. Pada tahun 1929 Katedral Kazan di St.Petersburg direndahkan martabatnya dengan diubah menjadi museum, yang tetap demikian hingga saat ini.

Meskipun tidak dapat dipastikan bagaimana ikon itu dipindahkan dari Russia, ada yang berspekulasi bahwa ikon itu dijual setelah Revolusi bersama dengan banyak ikon dan perangkat Misa, harta religius dan negara, pada saat dimana pemerintah Komunis yang baru berdiri sangat membutuhkan uang. Ikon itu muncul kembali di tangan pribadi pertama di Polandia, lalu di Inggris pada tahun 1935.

Pada tahun 1960 ikon itu dipinjamkan kepada suatu komunitas rohani yang membawanya dalam suatu perziarahan ke gereja-gereja Ortodoks Russia di seluruh Amerika Serikat dengan harapan dapat mengumpulkan cukup dana untuk membelinya. Perayaan yang agung dan liturgi-liturgi yang suci dipersembahkan selama kunjungan-kungjunannya. Ikon itu juga dipertunjukan dengan hormat di paviliun Ortodoks Russia pada New York World Fair tahun 1964-1965. Ikon itu akhirnya ditebus oleh Apostolat Santa Maria dari Fatima dan ditahtakan pada tanggal 26 Juli 1970 di kapel Bizantium Ikon dari Kazan di Domus Pacis, kota Fatima, Portugal.

Setelah lebih dari 50 tahun berkelana diantara pemilik-pemilik pribadi, ikon itu sekarang dirumahkan di suatu tempat kehormatan. Orang-orang berharap suatu waktu nanti ikon itu bisa dikembalikan ke panti kudusnya yang asli di tanah Russia.

Sebagai tambahan, di Soufanieh, Siria, suatu salinan ikon Santa Maria dari Kazan mengeluarkan minyak zaitun hingga sekarang. 1000 salinan yang dibuat dari ikon Santa Maria dari Kazan di Soufanieh itu juga turut mengucurkan minyak zaitun.

Sumber: http://www.gerejakatolik.net

Perwira & Anggota Presidium RATU SURGA

Paroki Kristus Raja - SURABAYA

PERWIRA:
Ketua : Vinensia Kenanga
Wakil : Johanes Leonardi T.
Sekretaris : Maria M.
Bendahara : Theresia Louren

ANGGOTA:
Adi
Yudo
Martin
Bernard
Ian
Nia
Dinda
Puput
Roy

Mengenal Legio Maria


Pada 7 Desember 1921 di Dublin, Irlandia, 15 orang awam Katolik berkumpul untuk membicarakan bagaimana melaksanakan pelayanan sebagai kaum awam yang merasul. Setelah memohon bantuan Roh Kudus dan mendoakan rosario, mereka memutuskan untuk pergi dalam kelompok-kelompok kecil, bisa hanya berdua, mengunjungi Rumah Sakit di Dublin yang penuh dengan pasien-pasien miskin, tanpa kerabat dan orang jompo. Mereka kemudian juga memutuskan untuk kembali bertemu setiap minggunya. Peristiwa inilah yang mendasari lahirnya Legio Maria: berdoa bersama-sama, melaksanakan pekerjaan merasul dan pertemuan mingguan. Dari awal yang sederhana, dibimbing oleh Roh Kudus dan semangat Bunda Maria dalam karya pelayanan, bentuk kerasulan Legio Maria ini menyebar ke seluruh dunia.

Legio Maria kini berkarya di lebih dari 1900 keuskupan di seluruh dunia dan diperkirakan kini telah memiliki lebih dari 3 juta orang anggota aktif dan menjadikannnya organisasi kaum awam yang paling banyak anggotanya dalam hirarki Gereja Katolik.

Walaupun merupakan organisasi kaum awam, hirarki Gereja Katolik sangat mendukung Legio Maria ini. Pada tahun 1965 Frank Duff sebagai pendiri Legio Maria diundang oleh Paus Paulus VI menghadiri Konsili Vatikan II sebagai wakil dari kaum awam. Ini menandakan pengakuan, penghargaan dan juga dukungan Gereja bagi karya kerasulan awam Legio Maria.

Terakhir kali Paus Yohanes Paulus II hadir dalam pertemuan Legio Maria di Italia, 30 Oktober 1982 dan mengucapkan pidato yang indah sebagai berikut:
”Kalian adalah semangat Maria yang mulia, bukan saja karena kejayaan para Legioner membawa nama Maria sebagai benderanya, tetapi di atas itu karena mendasarkan metode spiritualitas dan kerasulan dalam prinsip yang dinamis dalam kesatuan dengan Bunda Maria, dalam kebenaran bahwa Maria berpartisipasi langsung dalam rencana keselamatan. Dalam kata lain, kalian berkehendak untuk mewujudkan pelayanan kalian kepada semua orang yang adalah wajah Kristus sendiri, dengan semangat dan kasih Maria.”

Seperti semangat sejak awal didirikannya oleh Frank Duff, Legio Maria di seluruh dunia berkarya dan merasul dalam semangat yang sama dengan para Legioner di seluruh dunia, yakni karya pelayanan dan doa, sebagai alat Roh Kudus dalam semangat Maria. Pelayanan Legio Maria mencakup kunjungan ke orang sakit, orang jompo, penjara, kunjungan kepada orang-orang dan keluarga yang membutuhkan bantuan kerohanian. Dalam hal kehidupan kerohanian mereka sendiri, setiap anggota berkumpul untuk pertemuan mingguan dalam kelompok kecil yang disebut presidium untuk berdoa bersama dan merencanakan karya kerasulan mereka.

Anggota Legio Maria sendiri terbagi atas dua jenis:

Anggota Aktif, yang bertemu setiap minggu selama kurang lebih 1,5 jam untuk berdoa, melaporkan dan menerima penugasan pelayanan. Para Legioner diwajibkan untuk merahasiakan hal-hal penting yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan mereka, termasuk juga penugasan mereka. Mereka juga wajib mendoakan doa Catena yang merupakan doa wajib mereka, setiap hari.

Anggota Auxilier, adalah anggota pendoa Legio Maria, biasanya adalah kaum rohaniawan/wati atau para imam yang tidak mungkin menjalankan penugasan seperti anggota aktif Legio Maria, tetapi mereka mendoakan karya Legio Maria. Ada pula kaum awam yang tidak sanggup melaksanakan tugas-tugas anggota aktif tetapi bersedia mendoakan Doa Tessera setiap hari, di mana di dalam Doa Tessera juga ada Doa Rosario juga dapat diangkat sebagai anggota Auxilier.

Presidium terdiri dari sekitar 6 hingga 20 anggota aktif. Dalam struktur ketentaraan Romawi kuno, presidium adalah unit terkecil dengan tugas khusus. Nama ini yang juga dipakai untuk unit terkecil Legio Maria, di mana para anggotanya berkarya dalam doa dan pelayanan. Umumnya sebuah presidium terdiri di sebuah paroki, beranggotakan umat paroki tersebut dengan sepengetahuan pastor paroki yang kemudian juga bertindak sebagai penasehat presidium. Tetapi bisa saja di sebuah paroki terdapat lebih dari satu presidium di mana dapat dibentuk presidium-presidium yang khusus, seperti di paroki Prapatan terdapat presidium khusus untuk anak-anak dan ibu-ibu, walaupun secara umum, presidium Legio Maria harus terbuka bagi semua orang awam Katolik, laki-perempuan di atas 18 tahun yang tergerak oleh semangat Roh Kudus untuk menerima tugas-tugas yang diberikan. Frank Duff sendiri menyatakan bahwa keanggotaan Legio Maria terbuka bagi semua orang Katolik, bukan orang-orang yang khusus tapi orang Katolik biasa yang hidup dalam kehidupan yang biasa pula, yang berpendidikan atau tidak, pekerja, pensiunan dan pengangguran, tanpa memandang kelas, warna kulit atau ras, bahkan yang oleh kebanyakan orang kebanyakan dianggap primitif atau tertekan.

Mengenai hirarki dalam Legio Maria, ya, Legio Maria memiliki hirarki juga. Unit terkecil nya, seperti sudah disebutkan tadi, dinamakan presidium. Presidium-presidium berada di bawah Kuria. Kuria yang akan menentukan pembukaan sebuah presidium baru, apabila terdapat anggota-anggota baru yang memiliki anggota aktif yang lebih senior. Beberapa Kuria membentuk Komisium, beberapa Komisium membentuk Regia dan akhirnya Senatus yang melakukan koordinasi para Legioner di sebuah negara. Di atas itu terdapat Konsilium yang disebut Konsilium Legionis Maria yang berada di Dublin, Irlandia.

Struktur ketentaraan Romawi dipakai sebagai semangat para Legioner untuk, seperti para prajurit Romawi berserah setia pada kaisarnya lewat jendralnya, berserah setia untuk memuliakan Allah. Para legioner juga ingin meneladani para tentara Romawi yang dikenal karena keberanian, semangat, disiplin dan keberhasilan mereka. Para Legioner menghayati bahwa komando tertinggi mereka adalah Bunda Maria sendiri yang menginginkan semua anak-anaknya, kita semua, lebih dekat pada Putra tunggalnya Yesus Kristus.

Walaupun kedengarannya militan, Legioner justru mengambil semangatnya pada semangat jiwa Maria sendiri, kerendahhatian Maria, kepatuhannya pada rencana Tuhan, kasihnya yang besar, doa-doanya yang tak kunjung putus, kesuciannya, kesabarannya, kebijaksanaannya, cintanya pada Tuhan, dan di atas segalanya, adalah iman Maria yang tak tersaingi oleh manusia lain.

Nama-nama presidium atau kuria sendiri diambil berdasarkan sebutan Bunda Maria, misalnya ”Ratu Rosari”. Bisa juga dari gelarnya, misalnya ”Yang Dikandung Tanpa Noda” atau juga peristiwa dalam hidup Bunda Maria.

Di atas sebetulnya sudah dijelaskan sedikit, ada dua sisi yang harus berjalan beriringan, yaitu kehidupan doa bersama dan kehidupan karya kerasulan. Secara mendetil ada 4 hal yang tercakup dalam buku panduan Legio Maria, yaitu:

1. Kehadiran yang tetap dan tepat waktu pada setiap pertemuan mingguan presidium dan memberikan laporan yang jelas terhadap tugas-tugas yang diterima sebelumnya.
2. Doa Catena setiap hari
3. Pelaksanaan karya aktif legioner dalam semangat iman dan dalam kesatuan dengan Bunda Maria
4. Rasa hormat mendalam terhadap aspek kerahasiaan dari banyak hal yang dibicarakan dalam pertemuan atau yang dipelajari dalam karya para legioner.

Doa Catena sendiri sebetulnya adalah doa Magnificat, pujian Maria saat bertemu Elizabeth, yang didahului antifon dari Kitab Salomo 6:10 ”Siapakah Puteri itu yang datang sebagai fajar menyingsing kemerah-merahan, indah penaka bulan, gemerlap laksana surya, dahsyat bagaikan balatentara yang siap sedia bertempur?”

Anggota aktif bertemu setiap minggu sekitar 1,5 jam dengan Pemimpin Rohani mereka (atau asistennya) untuk berdoa bersama, melaporkan hasil penugasan mereka dan menerima penugasan mereka dari Ketua Presidium untuk seminggu kemudian. Penugasan anggota Legioner adalah pekerjaan yang kira-kira membutuhkan waktu dua jam dalam setiap minggunya dan harus disetujui oleh Pemimpin Rohani. Legioner wajib menjaga kerahasiaan mutlak akan hal-hal sensitif yang dibicarakan atau dipelajari dalam rapat mereka atau dalam pelayanan mereka. Anggota aktif setiap hari wajib berdoa Catena (Magnificat). Pelayanan setiap presidium dapat berbeda-beda tapi setiap anggota Legio Maria wajib melaksanakannya bersama dengan seorang anggota lainnya, berdua. Anggota baru menjalankan tugasnya bersama anggota yang lebih senior hingga ia dapat mendampingi anggota yang lebih baru kelak. Misi yang paling utama adalah melakukan hubungan dengan orang lain yang sedang berada dalam kesulitan-kesulitan dan mendampingi serta menjaga agar iman mereka tetap bertahan. Beberapa kemungkinan tugas mereka sehubungan dengan misi Legio Maria adalah misalnya membantu dan mempersiapkan orang-orang untuk memperoleh Sakramen-sakramen Gereja, bisa juga dengan mengajar iman Katolik, bisa kepada anak-anak atau orang dewasa, membantu pastor paroki melakukan sensus umat di wilayahnya, mengunjungi orang-orang yang dipenjara, orang-orang sakit baik yang dirawat di rumah sakit atau di rumah, dan mengunjungi orang jompo. Bisa juga membantu membagikan rosario atau media Katolik di wilayahnya.

Anggota auxsilier, kelompok pendoa Legio Maria adalah kaum awam beriman atau pastor atau biarawan/biarawati yang tidak mampu atau tidak bersedia melaksanakan tugas-tugas anggota aktif. Anggota auxilier mendoakan doa Tessera, yang terdiri dari permohonan turunnya Roh Kudus, rangkaian doa rosario, doa Catena dan doa-doa penutup. Anggota auxilier dihubungi sekurang-kurangnya sekali setahun oleh anggota aktif di presidium mana mereka tergabung. Mereka akan hadir bersama-sama anggota aktif saat Acies, sekitar 25 Maret, pada pesta Hari Raya Kabar Sukacita, peringatan wajib Gereja Katolik. Anggota auksilier dihormati pula pada setiap tanggal 8 September, hari Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria.

Semua orang Katolik yang tergerak hatinya oleh Roh Kudus dapat menjadi Legioner. Umumnya hanyalah syarat umur, yaitu minimal 18 tahun, tetapi secara khusus, dapat dibentuk sebuah presidium khusus untuk remaja antara 10 hingga 18 tahun yang berada di bawah bimbingan Legioner yang sudah senior. Anggota Presidium Yunior ini tentu saja menjalankan tugasnya sesuai dengan tingkatan umur dan kemampuan mereka. Untuk bergabung dalam suatu presidium, seseorang harus mengajukan keinginannya kepada presidium tersebut, lalu mengikuti pertemuan-pertemuan dan menerima penugasan, dalam masa percobaan selama sekitar 3 bulan. Bila orang tersebut memenuhi syarat dasar, seperti tepat waktu dan menjalankan penugasannya, ia dapat diterima sebagai anggota penuh dengan mengucapkan janji Legioner di depan presidium.

Sumber: http://gemawarta.wordpress.com/2006/11/22/mengenal-legio-maria/